Biasanya Kukecup Keningmu


Biasanya sepagi ini aku bisa mengecup keningmu meski dalam kata
ketika kau baru terbangun dan langsung menyapaku dengan manja
serangkali ucap salam senantiasa kutuliskan penuh kehangatan dan cinta
dengan tinta beraroma melati dan sapuan cahaya matahari saga
supaya harimu penuh semangat dalam menggapai harapan dan cita
juga doa tak pernah pupus kulesatkan saat menjelang duha tiba

Beberapa hari berlalu, aku kehilangan semua keindahan itu
walau kutahu kau tak mungkin mangkir dari kebiasaan yang telah hadir
aku mendengar seluruh panggilan rindumu, kekasih, di dalam hatiku
usah resah, simpan padat kangen yang melesak dalam dada
kereta yang berangkat segera kembali membawamu ke peraduanku
kita bisa lepas airmata bersama gelora cinta yang memuncak: berdua saja!

Hujan Yang Kurindukan

Hujan yang paling kurindukan adalah
tetes airmatamu yang jatuh di sela kelopak mawar
yang berarak dari musim kabut di bulan Juni
basahnya yang membasuh bagai harum surga di hatiku

Dan matamu yang sembab adalah
anugerah teramat indah yang pernah kucium
hingga jiwaku gemetar menerima luka yang runtuh
dari tebing-tebing masa lalumu di jemariku

Kabut Yang Menjerat


Sepertinya pagi ini aku merindukan rerumputan basah oleh hujan
aroma lembab tanah dan jejak-jejak yang terhapus kenangan
atau setidaknya bisa kubaca embun yang cemerlang seperti airmatamu
yang jatuh karena lirih. Aku ingin merasakan hembusan angin
yang dulu pernah mengibarkan rambutku hingga bercabang
agar bisa kudekap kembali gemuruh hangat yang datang
dari sebalik awan sehabis badai bersemayam di matamu semalam
dari balik jendela ini aku ingin mendengar kau bernyanyi lagi
tentang kabut yang nakal dan menjerat tangan kita dalam diam